Mitos presiden dilarang kunjungi Kota Kediri, bisa lengser secara politis
Pemilihan Presiden di Indonesia tak lepas dari prediksi-prediksi yang sifatnya mistis, misalnya ramalan. Namun, ada pula mitos yang menyebutkan bahwa seorang presiden dilarang datang ke Kota Kediri, Jawa Timur lantaran bisa menyebabkan sial, yakni lengser dari tahtanya. Lantas, siapakah Capres yang berani ke kota ini? Prabowo atau Jokowi?
Sepertinya, mitos soal presiden RI yang dilarang datang ke Kota Kediri sepertinya masih kuat dipercaya. Mitos tersebut meyakini, bahwa presiden RI yang nekat ke sana bakal lengser. Dari enam presiden di negeri ini, hanya Soekarno, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang berani datang ke Kediri.
Sebagaimana dilansir Tempo, tiga hari usai melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Gus Dur lengser dari jabatannya. Begitu juga dengan Presiden BJ Habibie yang lengser setelah tak lebih dari tiga bulan datang ke Kediri.
Keangkeran Kediri bagi kunjungan presiden juga pernah diakui mantan Presiden Soeharto. Selama selama 32 tahun memimpin Indonesia, dia tak sekalipun berani datang ke Kediri. Sebagaimana dilansir Merdeka, presiden ke-2, Soeharto memilih mengutus wakil presidennya saat masuk ke kota itu. Maka dia bisa langgeng memimpin Indonesia selama 32 tahun. Hal itu diamini intelijen TNI dan Polri, rata-rata Presiden RI tidak berani masuk wilayah Kota Kediri.
“Kalaupun berani mereka masuk wilayah pinggiran Kediri tetapi tidak berani masuk jantung pemerintahan. Rata-rata selalu was-was mereka,” kata anggota intel TNI dan Polri yang emoh disebut nama.
Banyak yang berpendapat Kota Kediri memang ‘wingit’ dibandingkan kota lain di Indonesia bagi penguasa nusantara. Salah satunya akibat kutukan Kartikea Singha suami Ratu Shima yang juga penguasa Kerajaan Kalingga (pra-Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung, Kabupaten Kediri.
“Kutukannya cukup jelas, siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh,” kata Kiai Ngabehi Agus Sunyoto, budayawan penulis Atlas Walisongo, Rabu (2/7).
Mas Agus, panggilan akrab Kiai Ngabehi Agus Sunyoto ini mengatakan, pada masa Pemerintahan Kartikea Singha, sebagai kepala negara ia menyusun kitab tentang hukum pidana pertama di nusantara yang diberi nama Kalingga Darmasastra yang terdiri dari 119 pasal.
“Ini sangat tergantung kepada keyakinan sebenarnya untuk masuk wilayah Daha (Kota Kediri), namun sebagian besar tidak berani masuk wilayah Kota Kediri,” ujarnya mengisahkan.
Soal di mana letak Kerajaan Kalingga sebenarnya, apakah di Kediri atau Jepara, Jawa Tengah? Menurut Agus, Ratu Shima memang berasal dari Jepara atau yang dikenal dengan nama Kalingga Utara. Sedangkan suaminya Kartikea Singha berasal dari Keling Kepung Kediri atau yang dikenal dengan Kalingga Selatan.
Dalam sejarah nusantara di daerah Keling Kepung ini pernah kembali Berjaya pada periode akhir Majapahit, tatkala kerajaan itu mengalami disintegrasi. Rupanya penguasa Kediri bangkit kembali dan pada tahun 1474 berhasil menumbangkan hegemoni Majapahit.
Jawa dalam keadaan pecah belah itu kekuasaannya sampai tahun 1527, bergeser kembali ke Kediri (Daha) dengan pusat kekuasaan di Keling (Kepung-Kediri) di bawah Dinasti Girindrawardhana.
Dalam Prasasti Jiu disebutkan pada 1486 M, nama kerajaannya “Wilwatikta Daha Jenggala Kadiri”. Kerajaan itu berakhir akibat perluasan Islam, oleh intervensi Giri yang menganggap dinasti yang berkuasa bukanlah kelanjutan dinasti yang memerintah Majapahit sebelumnya.
Kutukan Kepala Kerajaan Kalingga Kartikea Singha jika diterjemahkan juga berlaku untuk calon presiden. “Jadi siapa yang tidak bersih/suci dan berani masuk wilayah Kota Kediri sangat tergantung kepada keyakinan kuatnya. Apakah akan gagal atau justru semakin kuat,” terang Kiai Ngabehi Agus Sunyoto budayawan yang juga wakil ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU itu.
Agus mencontohkan, dalam sistem kerajaan zaman dahulu seorang raja adalah kepala negara, sedangkan patih adalah kepala pemerintahan. “Gajah Mada adalah kepala pemerintahan, dia pernah menjadi Bhre Daha penguasa Kediri. Karena niatnya suci maka dia semakin kuat dan mampu membawa kejayaan nusantara, meski ia dari Kerajaan Majapahit,” ujarnya.
Ketika Gajah Mada menjadi Bhre Dhaha di Kediri, menurut Agus, ikut menyempurnakan Kalingga Darmasastra Karya Kartikea Singha, Kepala Negara Kerajaan Kalingga di abad ke-6, setelah sebelumnya disempurnakan pada masa Wisnuwardhana di zaman Singasari dengan Kitab Undang-Undang yang diberi nama Purwadigama Darmasastra yang terdiri dari 174 pasal.
“Gajah Mada orang suci, selain gagah pemberani sebagai Maha Patih Majapahit dia juga meneruskan menyempurnakan kitab undang-undang untuk Majapahit yang ia susun di masa berkuasa menjadi raja perwakilan di Kediri dengan gelar Bhre Daha. Kitab itu bernama Kutara Manawa Darmasastra yang terdiri dari 272 pasal. Kitab ini pulalah yang membawa kejayaan Kerajaan Majapahit, karena aturannya sangat ketat,” ungkap Agus.
Ki Tuwu salah seorang pengamat sejarah Kota Kediri yang sekaligus seorang paranormal, menyatakan Kediri ini adalah kota wingit dan semua pihak mengakuinya.
“Sabdo-nya Kartikea Singha itu masih berlaku di Kediri. Begitu pun jika ada pejabat di Kota Kediri yang berani membawa harta dari Kota Kediri dengan cara yang tidak halal maka dia akan keluar dari Kota Kediri dengan tidak punya apa-apa,” ungkapnya.
Begitu juga dengan pilpres kali ini. Meski keduanya belum menjabat sebagai presiden, tapi Prabowo dan Jokowi belum ada yang kampanye di Kediri. Mereka hanya melakukan kampanye di luar area Kediri, seperti Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pasuruan dan sekitarnya. Padahal, Kediri Tahu itu adalah basis pendukung kedua calon.
Ditolak SBY
Bukan hanya Soekarno, BJ Habibie, dan Gus Dur yang berani mengunjungi Kota Kediri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun pernah singgah di Kota ini saat mengunjungi para pengungsi korban letusan Gunung Kelud Februari 2014 lalu. Bedanya, SBY tak bernasib sama dengan Soekarno, Habibie maupun Gus Dur. Bahkan, politisi Partai Demokrat ini memimpin Indonesia selama dua periode.
Sebagaimana dilansir Tempo edisi 17 Februari 2014, kedatangan SBY di kota itu mengundang banyak pendapat masyarakat. Sebagian besar warga berpendapat kedatangan SBY ke Kediri merupakan keberanian yang jarang dimiliki oleh presiden-presiden sebelumnya.
Meski begitu Presiden SBY tak ragu-ragu “menabrak” mitos itu. Tapi dia punya trik. Sebagai catatan, pada erupsi Gunung Kelud tahun 2007 Presiden SBY yang berangkat dari Surabaya terpaksa harus memutar lewat Blitar untuk menuju ke lokasi pengungsian di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri agar tidak menyeberangi Kali Brantas.
Kala itu Presiden SBY mengatakan, dirinya mengambil risiko kekuasaannya akan jatuh untuk mengunjungi korban ancaman Gunung Kelud yang akan meletus di Kediri dan Blitar, Jawa Timur. Dia tetap menginap bersama pengungsi di Kediri, meski mitos yang beredar di masyarakat menyebutkan presiden yang datang ke daerah ini akan terguling dari kekuasaanya.
“Kemarin saya mau ke Kediri, sms masuk luar biasa, Pak SBY jangan ke kediri nanti Anda jatuh,” kata Presiden SBY saat membuka Musyawarah Nasional FKPPI, di Caringin Bogor, 29 Oktober 2007.
Tidak hanya lewat pesan pendek, larangan ke Kediri juga disampaikan langsung, lewat telepon dan surat. Intinya, meminta SBY tidak berkunjung ke Kediri. Mitos tersebut tidak mengubah niatnya datang melihat langsung pengungsi Gunung Kelud. “Tidak mungkin saya berhipotesa tentang kekuasaan sementara rakyat saya di Blitar dan Kediri mengalami ancaman letusan Gunung Kelud. Saya harus datang dibandingkan risiko yang harus didapat, kalau yang dimitoskan itu benar terjadi,” tutur SBY.
Dia menyadari tidak ada pemimpin yang langgeng berkuasa. Sebelum bertolak, dirinya shalat terlebih dahulu sebagai penolak mitos tersebut. Dia juga berpendapat dalam menjalankan pemerintahan harus berpedoman pada sikap yang rasional. Terbukti, SBY tak mengalami satu hal apapun setelah kunjungan itu. Bahkan, kembali menjadi Presiden RI untuk kali kedua periode 2009-2014.
Jokowi atau Prabowo
Hingga tujuh hari menjelang pilpres pada 9 Juli, belum ada capres-cawapres baik dari kubu Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK berani datang ke Kota Kediri. Mereka hanya mewakilkan utusannya, Prabowo diwakili Ketua Tim Pemenangan Mahfud MD.
Sementara pagi ini, Rabu (02/072014), pukul 08.00 WIB, Jokowi-JK diwakili Aksa Mahmud kakak JK dijadwalkan sowan ke KH Kafibihi Mahrus, salah satu pengasuh Ponpes Lirboyo Kota Kediri.
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Kediri dengan luas wilayah 63,40 km² terbelah oleh sungai Brantas yang membujur dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer.
Artefak arkeologi yang ditemukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa daerah sekitar Kediri menjadi lokasi kerajaan Kediri, sebuah kerajaan Hindu di abad ke-11.
Kota ini merupakan pusat perdagangan utama untuk gula Indonesia dan industri rokok. Kota ini bahkan dinobatkan sebagai peringkat pertama Indonesia Most Recommended City for Investment pada tahun 2010 berdasarkan survey oleh SWA yang dibantu oleh Business Digest, unit bisnis riset grup SWA. Di kota ini juga, pabrik rokok kretek Gudang Garam berdiri dan berkembang.
Kota Kediri merupakan ibukota dari Karesidenan Kediri yang terdiri dari beberapa kota dan kabupaten yaitu kabupaten Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar